Nasib bangsa penggemar tempe

Salah satu pendiri bangsa ini pernah berujar "Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita," .

Pernyataan yang menggugah tentunya, agar bangsa ini harus bersungguh sungguh untuk meraih cita-cita luhurnya, siap berdikari dan tidak mudah diinjak injak bangsa lain. Beliau juga menyatakan bahwa kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, ia hanyalah jembatan emas untuk mencapai kemakmuran seluruh rakyatnya.

Penjajahan yang telah dialami ratusan tahun seharusnya menjadi pengalaman pahit, diinjak-dinjak bangsa lain seperti pembuatan tempe bahkan dirampas hak kemerdekaan asasinya.

Masa pun berganti seiring bergantinya kepemimpinan negara, berganti pula generasi yang berbeda, berganti teknologi dan hiruk pikuknya dunia nyata bahkan ditambah interaksi di dunia maya. 

Mungkin ada beberapa persamaan yang tidak banyak berubah seiring perubahan waktu diantaranya yaitu mengkonsumsi tempe. Menurut sejarawan Dr. Onghokham masyarakat Jawa pada era tanam paksa penjajahan Belanda di abad ke-19, terpaksa mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan sebagai penyelamat kesehatan penduduk.

Hingga kini Tempe menjadi makanan yang sangat digemari dengan bahan bakunya adalah kedelai. Celakanya, kegemaran ini bisa saja terusik, pasalnya bahan baku kedelai ternyata masih tergantung impor. 

Data laporan Badan Pusat Statistik (BPS) impor kedelai Indonesia mencapai 2.670.086 ton pada tahun 2019, naik 84.277 ton dari tahun 2018 sebanyak 2.585.809 ton. Sepanjang semester-I 2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai 510,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,24 triliun (kurs Rp 14.200).

Naiknya harga kedelai sebagai bahan baku tentunya akan sangat berdampak pada harga tempe itu sendiri. Kenaikan yang diakibatkan oleh perdagangan kedelai dengan sistem perdagangan bebas di dunia. Ironis memang, untuk menikmati tempe ternyata bangsa ini bergantung dengan bangsa lain.

Tampaknya bangsa ini perlu membuktikan kemampuan berdikarinya, salah satunya dimulai dari Tempe sebagai makanan kegemarannya. Dengan potensi sumber daya alam berupa lahan yang melimpah, diperlukan juga penelitian atas benih yang unggul, mekanisme usaha tani kedelai yang memadai sehingga diharapkan produktivitas kedelai bisa meningkat.


Tags: Kompas merdeka Detik wartaekonomi

Share Artikel:

Related Posts

Previous
Next Post »