Menikmati hidup dengan menebar kebaikan

Acap kali keluh kesah datang menghampiri, perasaan pesimis menghadapi kehidupan kadangkala menghantui. Padahal kalau diperturutkan hal tersebut tidak menyelesaikan persoalan, bahkan menutup peluang penyelesaian masalah.

Kalau coba dimaknai kehadiran manusia di bumi inipun merupakan nikmat Penciptanya, hal yang mustahil bagi manusia bahkan alam semesta terjadi secara kebetulan. Dengan merenung sejenak maka kita mencoba mensyukuri nikmat hidup ini dalam kondisi apapun bahwa manusia memang memiliki tujuan atas penciptaannya.

Kenikmatan yang tak hingga pada diri manusia dari Penciptanya, sesungguhnya ia takkan mampu menghitungnya. Sebagai contoh kecil nikmat fisik dari bagian atas hingga ke bawah, dari penglihatan sampai pergerakan kakinya sangat tak ternilai. 

Firman Allah SWT: "Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". QS. Ibrahim: 34

Kesempatan hidup ini hanya sekali, maka berbuatlah "sesuatu".  Berbuatlah berbagai kebajikan, sekecil apa pun itu. Waktu dan umur yang telah dilewati, takkan pernah kembali. Kita hanya menggoreskan segenap catatan yang akan menjadi pertanggungjawaban kepada Penciptanya atas nikmat hidup yang telah diberikan.

Allah SWT menjadikan dunia ini sebagai ladang menuju akhirat, kesempatan bagi manusia menggunakan dunia untuk menanam apa saja. Jika menanam hal-hal yang buruk, maka hasilnya pun seperti itu juga, buruk dan bisa membahayakan. Namun, apabila yang ditanam berbagai kebaikan, maka akan menghasilkan buah-buah yang baik lagi bermanfaat.

Pahala dan hukuman di akhirat akan ditetapkan atas amalan-amalan yang diperbuat oleh manusia di dunia ini. "Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allâh amat cepat hisabnya" . QS Al-Mu`min :17

Ujian kesusahan dan kenikmatan pun dapat silih berganti untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan manusia. Dengan ujian kesusahan manusia dapat terlatih kesabarannya dan mengupayakan solusinya, sebagaimana setiap ada kesusahan disampingnya berbagai kemudahan. Melalui ujian kenikmatan dan kelapangan, manusia dapat melatih wujud syukur atas karunianya, melatih empati dan membantu saudaranya yang dalam kesusahan.

Akhirnya yang patut diingat atas setiap persoalan yang menimpa adalah perlunya memperkuat rasa optimis. Ibnul Qayyim berkata, "Segala persoalan dalam hidup ini sesungguhnya tidak untuk menguji kekuatan dirimu, tetapi menguji seberapa besar kesungguhanmu dalam meminta pertolongan Allah." Maka dari satu kesulitan hidup, akan ada berbagai solusi dan tawaran kebaikan di depannya. 


Share Artikel:

Related Posts

Previous
Next Post »