Kekejian Zionis Israel kepada Palestina tak kunjung sirna, sebagaimana pendudukan wilayah oleh Israel yang telah lama berlangsung atas negara berdaulat Palestina. Semenjak presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember 2017. Negara Palestina menghadapi tantangan atas dukungan penuh secara politik dari negara tetangga dan dunia internasional atas hak kemerdekaannya.
Dilansir Republika, sikap tegas Qatar melalui pernyataan Kemlunya agar tidak menyia-nyiakan upaya untuk memberikan semua dukungan yang dapat dilakukan untuk meringankan penderitaan saudara-saudara Palestina sampai mereka memiliki semua hak yang sah untuk rakyat Palestina. Presiden Aljazair Abdulmajid Tebboune juga menentang normalisasi dengan pendudukan demi mendukung perjuangan Palestina.
Sikap politik yang berbeda telah ditunjukkan Uni Emirat Arab UEA yang menyepakati perjanjian normalisasi hubungan diplomatik pada 13 Agustus lalu dengan Israel. Itu merupakan kesepakatan perdamaian pertama yang dicapai Israel dengan negara Arab dalam 26 tahun. Tel Aviv terakhir kali menandatangani perjanjian semacam itu pada 1994 dengan Yordania. Belum genap sebulan pasca-perjanjian dengan UEA, tepatnya pada 11 September lalu, Israel berhasil menyepakati normalisasi dengan Bahrain.
Mirisnya, kekejian atas pendudukan di zaman modern ini tak kunjung sirna. KNRP TV mengabarkan pada Ahad, 20 September 2020. Walid Assaf, Kepala Komite Menolak Tembok Rasis dan Permukiman di Tepi Barat menegaskan, bahwa penjajah israel telah merobohkan 3.300 rumah di sepanjang enam tahun terakhir. Perobohan terjadi di zona "C" yang berada di wilayah Tepi Barat. Sebagian besar zona tersebut berada di Lembah Yordania.
Share Artikel: