Mungkinkan sehabis Covid terbitlah Resesi

Laju perekonomian diperkirakan kembali negatif pada kuartal III , menteri keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi nasional berada di kisaran 0 persen sampai minus 2 persen pada kuartal III 2020.

Walaupun rilis Trading Economics belum memasukkan Indonesia sebagai 45 negara yang resmi mengalami resesi. Ekonom INDEF Eko Listyanto mengatakan dampak resesi sebenarnya sudah terjadi, mulai dari kinerja pasar modal yang melemah, dunia usaha merugi, tingkat pengangguran meningkat, hingga jumlah orang miskin bertambah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semula berada di kisaran 6.000-6.200 seketika terjerembab ke titik terendah mencapai level 3.900. Setelah sempat mulai beranjak pulih, namun gairah di bursa saham tetap belum bisa seperti dulu dan saat ini IHSG berada di kisaran 5.200.

Dampak pandemi covid-19 juga dialami dunia usaha,  yang dipengaruhi skema kerja dari rumah (work from home) akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi ini membuat produktivitas industri terganggu yang berimbas arus kas banyak perusahaan tersendat, bahkan merugi.

Menurut ekonom Chatib Basri, kondisi ini bisa memasuki babak baru, yaitu memunculkan zombie companies atau perusahaan yang seolah menjadi mayat hidup. Maksudnya, perusahaan tetap ada dan bisa membayar gaji pekerja, namun tidak menghasilkan keuntungan. Hal ini mungkin terjadi karena daya beli masyarakat melemah, kelas menengah atas menahan konsumsi, perubahan perilaku, dampak pembatasan aktivitas ekonomi, hingga kurangnya insentif dan investasi untuk ekspansi usaha.

Dampak lanjutan dari pandemi ini menurut ekonom UI Fithra Faisal adalah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang menghasilkan banyak pengangguran baru karena para perusahaan sudah kehilangan amunisi. Begitu juga dengan UMKM, mereka kehabisan modal karena permintaan menurun. Belum lagi, dampak realisasi stimulus fiskal yang masih minim di program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ia memperkirakan jumlah pengangguran atau korban PHK bisa mencapai 20 juta pekerja pada tahun ini. 

Akibat resesi ekonomi yang paling terasa oleh masyarakat adalah pelemahan daya beli yang melahirkan banyak penduduk miskin baru dan tingkat kemiskinan pun bertambah. Hal ini pun sudah terkonfirmasi dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020. Lesunya ekonomi tak lepas dari minimnya sumbangan konsumsi masyarakat yang jatuh ke minus 5,15 persen.

Selain itu, terjadi perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi menjadi 1,5 persen pada Juli 2020, turun dari sebelumnya 7,3 persen pada Juli 2019. Situasi ke depan baik IKK maupun kredit konsumsi yang menjadi indikasi pergerakan belanja masyarakat makin rendah tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk berbelanja maupun kredit konsumsi. Bank sentral mencatat posisi IKK berada di 86,9 per Agustus 2020, atau berada dibawah level confidence 100.

Menurut Huda resesi yang kemungkinan terjadi pada triwulan ke III 2020 ada beberapa hal yang harus dipersiapkan masyarakat adalah; 

  • Mengubah pola konsumsi dari konsumsi tersier ke konsumsi primer 
  • Memperbanyak tabungan guna menghadapi krisis ekonomi (bagi yang masih ada penghasilan) 
  • Membuka usaha baru, misalnya melalui layanan daring (online) bagi orang yang sudah kena PHK 

Share Artikel:

Related Posts

Previous
Next Post »