Ikhtiar mencegah Badai Sitokin saat awal tertular COVID19

Bincang Santai secara daring bersama dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) yang diupload Kanal youtube Budi Susilo Halim menarik untuk disimak. Temanya adalah Ikhtiar Sederhana dan Efektif mencegah Badai Sitokin saat Awal Tertular COVID19.

Pembicara menekankan bahwa ikhtiar ini merupakan alternatif upaya agar pasien tidak berakhir tragis di masuk ke ruang ICU. Tentunya berhasilnya ikhtiar ini ditangan Allah SWT, karena domain menyembuhkan memang bukan ditangan manusia. Sebagaimana ikhtiar meminum obat yang canggih sekalipun belum tentu terjamin keberhasilannya 100%. 

Ikhtiar ini perlu disampaikan mengingat kepadatan interaksi manusia saat PSBB new normal yang memunculkan sebaran baru kasus positif corona dan akumulasi gugurnya para tenaga medis.

Pembahasan dimulai dengan memperhatikan Epidemiologic Triangle,  yakni 3 faktor penyebaran epidemic yang membentuk segitiga;

1. Agent, dalam hal ini virus sarcov2 yang mudah menyebar dan menyebabkan kematian pada sebagian orang dengan komorbiditas 

2. Host ( manusia )

3. Environment ( lingkungan )

Ketika terjadi epidemi, hal yang bisa dilakukan diantaranya melalui perbaikan environment dengan upaya 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Namun ketika perbaikan environment sulit dilakukan karena ketidakpatuhan, maka hal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki atau memperberat bobot / kualitas pada Host. Host perlu mempersiapkan diri ketika tertular apa saja yang perlu dilakukan. Apakah harus banyak makan saat tertular ?

Manusia tercipta dengan sebaik-baiknya penciptaan, diantaranya adalah sistem imun pada manusia yang mengagumkan. Namun demikian dalam perjalanan hidup tiap individu berbeda dalam hal kualitas imunnya. Diantaranya yang ditunjukkan parameter Optimal Metabolic Health (kondisi kesehatan metabolik). Parameter kondisi kesehatan metabolik itu berupa;

1. Lingkar pinggang (90 cm untuk pria / 80 cm untuk wanita)

2. Gula darah puasa < 100 mg/dl

3. HbA1c < 5,7 %

4. Trigliserida < 150 mg/dl

5. HDL kolesterol > 40 mg/dl untuk pria dan 50 mg/dl untuk wanita

6. Tekanan darah < 120/80 mmHg

7. Tidak minum obat apapun

Kualitas parameter kesehatan metabolik itu tidak memandang usia. Walaupun secara alamiah usia lanjut lebih tidak terjaga tetapi perilaku hidup yang buruk pada usia muda juga mengakibatkan parameter kesehatan metabolik tidak terpenuhi. Ketika host / orang-orang ini tidak memenuhi kriteria kondisi kesehatan metabolik tersebut, maka sistem imunitas akan terganggu dan berpotensi tertular covid dengan komorbiditas. 

Pada kasus host yang mengalami obesitas, imunitasnya akan sangat terganggu. Dalam kondisi normal saja mengalami inflamasi (bagian dari respon imun / sistem kekebalan tubuh), apalagi saat Covid masuk akan terjadi hyper inflamasi. Tentunya berbahaya jika penderita meresponnya dengan banyak makan.

Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan setelah tertular bukan dengan banyak makan, tetapi mendorong agar sistem imunitas tubuh bisa bekerja optimal. 

Beberapa pendapat ahli dan hasil penelitian:

1. Plutarch; "Lebih baik berpuasa dibandingkan menggunakan obat". Perilaku ini bisa dicermati saat binatang sakit tidak melakukan aktivitas makan. 

Selanjutnya dalam kondisi normal, menurut dr Piprim kita bisa membiasakan untuk minimal "berpuasa/tanpa aktivitas pencernaan selama 16 jam dan 8 jam untuk pencernaan bekerja.

2. Hippocrates; " setiap orang mempunyai dokter dalam dirinya, kita hanya membantunya agar ia bekerja. Proses penyembuhan alamiah merupakan upaya yang paling bagus. Makanan seharusnya menjadi obat, sebagaimana obat layaknya menjadi santapan kita. Tapi makan saat kondisi sakit, seperti memelihara penyakit ".

3. Terdapat penelitian bahwa Anorexia (tidak mau makan) saat infeksi adalah mekanisme pertahanan tubuh host (manusia/penderita) untuk mengusir patogen.

4. Pemenang nobel, Yoshinori Ohsumi tahun 2016 menemukan mekanisme autophagy, proses ketika sel-sel pada tubuh kita mengeluarkan racun dan menggantikan racun-racun dengan memperbaiki diri mereka sendiri.

5. Penelitian yang menunjukkan Covid 19 memerlukan glukosa sebagai makanannya, maka pentingnya upaya menghambat glukosa untuk menonaktifkan pertumbuhan virus.

Sebagai penutup, data penderita covid secara internasional menunjukkan bahwa 96% penderita sembuh, sedangkan 4% nya  berujung kematian. Data tersebut merupakan data optimis mengingat peluang sembuh ternyata besar. 

Bagi kelompok beresiko karena bermasalah secara parameter kesehatan metabolik, tentu menjadi sangat penting memperhatikan kondisi dirinya agar kekebalan tubuhnya mumpuni untuk bebas dari virus dan tidak terjatuh ke dalam kategori penderita sebanyak 4%  tersebut.


Sumber Youtube


Share Artikel:

Related Posts

Previous
Next Post »