Dampak Ekonomi pada beberapa negara di masa Pandemi

International Monetary Fund (IMF) menilai kondisi perekonomian global saat ini sudah tidak seburuk pada bulan Juni 2020. Managing Director IMF, Kristalina Georgieva mengungkapkan bahwa semua negara sekarang menghadapi apa yang disebut pendakian panjang, pendakian sulit yang akan panjang, tidak rata, dan tidak pasti, dan rentan terhadap kemunduran.

Tingkat keparahan krisis global ini juga dibayangi akibat kehilangan pekerjaan, kebangkrutan dunia usaha, dan gangguan pendidikan. Krisis ini juga membuat ketimpangan semakin parah karena dampaknya yang tidak proporsional terhadap pekerja berketerampilan rendah, perempuan, dan kaum muda.

Pasar negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah dalam situasi yang genting karena sistem kesehatannya masih lemah, utang luar negeri yang tinggi, dan ketergantungan pada sektor-sektor yang paling terpapar Corona seperti pariwisata dan komoditas. Di negara-negara berpenghasilan rendah, guncangannya begitu dalam sehingga perlunya IMF dan Bank Dunia mendesak keringanan utang.

Namun bagi negara China, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tembus 1,6 persen pada 2020 berbanding terbalik dengan proyeksi PDB dunia yang diramal terkontraksi 5,2 persen. China menjadi satu-satunya negara superpower yang berhasil menghindari resesi ekonomi akibat Covid-19 pada tahun ini. Amerika Serikat (AS) dan Jepang pun tak mampu mengalahkan China. Ekonomi di Asia disebut-sebut akan diuntungkan karena China menunjukkan pemulihan yang kuat.

Pemulihan ekonomi China yang relatif cepat didukung berbagai langkah, termasuk kebijakan lockdown agar cepat mengatasi pandemi. Pemerintah China juga menyisihkan anggaran hingga ratusan miliar dolar untuk proyek infrastruktur besar dan menawarkan insentif tunai untuk merangsang pengeluaran warganya. China pun mencatat belanja konsumen telah pulih, namun pandemi telah berdampak besar pada penduduk miskin dan pedesaan China.


Sumber Detik Kabar24 bisnistempo CNN

Share Artikel:

Related Posts

Previous
Next Post »